Ibu guru Debbie Moon mengajar anak-anak kelas satu SD. Suatu kali dia meminta murid-muridnya membawa photo keluarga untuk didiskusikan dalam kelasnya. Salah seorang murid yang bernama Johnny memperlihatkan photo keluarganya, dan tampak bahwa warna rambut Johnny berbeda dengan kedua orang tuanya.
Lalu, Jake, seorang murid lain yang cerdas mengatakan, “O, pasti Johnny adalah anak yang diadopsi oleh orang tuanya”.
Johnny tampak diam saja. Dia tidak tahu bagaimana harus menanggapi komentar itu. Tiba-tiba ada seorang murid perempuan, Susie, berkata dengan senyum dan suara mantap, “O, aku tahu semua hal tentang adopsi. Soalnya aku sendiri diadopsi”.
“Memangnya apa artinya diadopsi?” tanya Clara yang sejak tadi melihat photo keluarga Johnny dengan mata yang melotot.
“Adopsi artinya”, sahut Susie dengan suara nyaring sambil melihat ke arah Clara, “bahwa kau bertumbuh besar di dalam hati mamamu. Bukan di dalam perut mamamu!”
“Wouw… kalau begitu yang diadopsi lebih berharga dibandingkan dengan yang bukan diadopsi”, sela Johnny sambil tersenyum bahagia.
Saudara, secara teologis semua orang Kristen adalah anak-anak Allah yang diadopsi melalui pribadi dan karya Tuhan Yesus Kristus. Kita ibarat tunas liar yang dicangkokkan dan turut mengambil bagian dalam akar pohon zaitun, yaitu Yesus Kristus sendiri (bdk: Roma 11:17-22). Melalui pengorbanan Kristuslah, kita yang beriman kepadaNya diselamatkan menjadi ahli waris Kerajaan Sorga. Alkitab berkata, “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.” (Yohanes 1:12-13).
Sebab itu, dalam menjalani hidup ini, hendaklah kita belajar setia kepada Tuhan dengan mentaati FirmanNya, tekun berdoa dan beribadah. Selain itu juga belajar mengucap syukur senantiasa dalam segala hal melalui kesaksian hidup dan pelayanan yang memuliakan nama Allah Bapa, dan yang menjadi berkat bagi banyak orang. Rasul Paulus menuliskan Firman Tuhan demikian, “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (I Korintus 15:58). Permisi tanya, ‘Sejauh mana Saudara sudah melayani pekerjaan Tuhan melalui apa yang dititipkanNya kepadamu?’
Write a comment: