Pertanyaan yang sudah usang bukan? Tetapi masih relevan hingga hari ini. Ada banyak jawaban yang pernah diberikan oleh manusia, al:
1. Hidup adalah penderitaan, bersiaplah untuk memikul banyak derita.
2. Hidup adalah tantangan, hadapilah dengan penuh keberanian.
3. Hidup adalah perlombaan, berjuanglah untuk mencapai kemenangan.
4. Hidup adalah teka-teki misterius, tebakan apapun takkan memuaskan hati.
5. Hidup adalah sandiwara, berperanlah dengan berbagai topeng lakon.
6. Hidup adalah keindahan, kagumilah dan nikmatilah dengan kegembiraan.
7. Hidup adalah tugas, tunaikanlah dengan baik dan tuntas.
8. Hidup adalah pemberian, hargailah dengan hati yang bersyukur.
9. Hidup adalah kenyataan yang pahit, telanlah dengan linangan air mata.
10. Hidup adalah cinta, terimalah dan bagikanlah kepada orang lain.
11. Hidup adalah kesempatan, pergunakanlah dengan bijaksana.
12. Hidup adalah lingkaran, lahir–besar–dewasa–bekerja–kawin–tua–mati.
Pernyataan mana yang paling tepat dengan falsafah hidup Saudara? Benarkah hidup ini hanyalah sebuah lingkaran yang tak berakhir? Di dalam lingkaran itu manusia menjalani kesibukan – menjadi lelah – beristirahat, makan, minum – mendapatkan kesegaran – lalu sibuk lagi – lelah lagi – istirahat, makan, minum lagi – segar lagi – dan sibuk lagi, dan seterusnya.
Bila benar demikian, apa bedanya dengan burung di udara, ikan di laut, dan ternak yang di daratan? Binatang tidak dapat memikirkan arti hidup yang sejati. Alkitab berkata bahwa hidup itu bukanlah sebuah lingkaran, tetapi sebuah garis lurus. Satu kali hidup, satu kali mati, kemudian ada penghakiman karena manusia telah berdosa (lihat: Ibrani 9:27; Roma 6:23). Tanpa mengenal Kristus, manusia akan menghadapi hukuman yang kekal.
Tidak heran, rasul Paulus yang telah menerima anugrah keselamatan dalam Yesus Kristus, menuliskan Firman Tuhan demikian, “Bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” (Filipi 1:21-22). Benar sekali, setiap orang yang sudah menerima anugrah keselamatan dalam Kristus, kematian itu adalah sebuah keuntungan. Karena kematian hanyalah sebuah “pintu” menuju hidup yang kekal di sorga (lihat: Yohanes 1:12; 3:16; 11:25-26). Dan, waktu hidup yang sementara di dunia ini, bukanlah sebuah tragedi yang sia-sia dan mengerikan. Tetapi sebuah anugrah Allah yang dapat menghasilkan nilai-nilai kekal, ketika kita menjalaninya untuk berbuah bagi Kristus. Yaitu, mengasihi sesama manusia dengan kasih Kristus, dan untuk memuliakan Bapa di sorga. Sebab itu, marilah kita menjalani hidup di dunia ini dengan bersukacita, bersyukur, dan bertekad untuk berbuah bagi Kristus!
Write a comment: