Pasal 17 dari Injil Yohanes disebut juga dengan pasal “Yang Maha Kudus” dari seluruh isi Alkitab. Dari pasal ini penulis ingin ‘share’ (membagikan) sedikit seluk beluk mengenai doa. Istilah “Doa “Bapa Kami” lebih tepat disebut sebagai “Doa yang diajarkan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya” (lihat: Injil Luk.11:1-3), dibanding sebutan bahasa Inggrisnya “The Lord’s Prayer” (Doa Tuhan Yesus). Sebenarnya Doa Tuhan Yesus (The Lord’s Prayer) terdapat dalam pasal 17 dari Injil Yohanes. Doa Yesus Kristus itu mencakup doa pribadiNya kepada Allah Bapa, doa untuk murid-muridNya, dan doa untuk orang-orang percaya di masa yang akan datang.
Hari ini, ada sebagian orang yang masih suka bertanya, “Kenapa kita berdoa?” Ini adalah tipikal pertanyaan dari orang-orang Atheis praktis. Memang suatu teka-teki bagi mereka jika dengan doa, orang bisa mendapat kesembuhan lebih cepat, atau mengalami hal yang lebih baik. Bagi orang percaya ini sama dengan mujizat atau kuasa kemurahan Allah. Hati-hatilah terhadap mereka yang mengejek dengan pertanyaan-pertanyaan misalnya: “Bukannya Allah egois sehingga Ia menginginkan pujian dari kita?” “Kenapa saya harus membuang waktu minta kepada Allah untuk segalanya? Jika Ia mau memberi, saya akan dapat, ya kan?” “Membawa persoalan saya kepada Allah untuk mendapatkan perhatian dengan doa? Bukankah ini berarti Dia tidak sadar dan tidak peka, hingga harus saya yang mengingatkan Dia?” “Dan jika kita percaya Allah sanggup mengatur dunia menurut kehendakNya, bukankah doa pada akhirnya merupakan kecongkakan dengan meminta Dia mengubah pendapatNya?”
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas dapat dijelaskan. Bahwa doa bukan untuk mengubah Allah, doa ditujukan untuk mengubah kita. Doa juga bukan untuk menyelamatkan kita. Perhatikan sebuah illustrasi tentang doa. Seorang tuli sedang berjalan dan melihat dari jendela orang-orang sedang menari di Diskotik. Dia hanya melihat mereka berputar-putar dengan gerakan-gerakan yang aneh. Dia kira mereka gila, karena dia tidak mendengar lagunya. Jika anda tuli rohani terhadap “melodi ilahi”, maka ‘gerakan-gerakan’ doa juga kelihatannya aneh, bukan? Jika Anda percaya bahwa manusia dan Allah dapat berkomunikasi, doa tidak hanya masuk akal, tetapi Anda akan dapat menari dengan lagu sorgawi.
Dalam mengajar berdoa (Luk.11:1-3) Tuhan Yesus memulai dengan “Pujian” bahwa betapa ajaibnya karya Tuhan. Persoalan zaman sekarang bukan pemikiran apakah Tuhan hidup atau mati, tetapi apakah kita hidup atau mati terhadap kebenaran adanya Tuhan. Dengan memuji pribadi dan karya Allah, berarti Anda mengaku bahwa Allah itu yang berdaulat penuh.
Kemudian dengan dilanjutkan dengan “Permohonan” agar Allah memberikan Anda yang terbaik. George Bernard Shaw, seorang ahli Filsafat ada benarnya ketika mengatakan “Dalam hidup ada dua tragedi. Pertama, tidak mendapat yang kita minta. Dan, kedua, mendapatkan yang diminta, namun membawa keburukan.” Makanya, sebagai orang percaya kita menambahkan: “Engkau yang lebih tahu, ya Tuhan, jadilah menurut kehendakMu!” Jadi, walaupun kita tidak mendapat yang kita ingini, sebenarnya doa kita terjawab. Berarti Tuhan mendengar dan berbuat apa yang Dia pikir yang terbaik, dan kita bersyukur karena diselamatkan dari hal yang buruk.
Hal yang ketiga, “Bersyukur atau Berterima Kasih”. Apakah Tuhan butuh mendengar kata-kata “Terima Kasih” kita? Kita butuh menjadi orang yang tahu mengucap syukur senantiasa. Sangat memalukan bila hidup tanpa menunjukkan, mengekspesikan, dan mengucapkan terima kasih kepada Tuhan untuk segala pemberianNya. Bila Anda menjadikan berkat ilahi sebagai hal yang lazim, Anda akan menjadi orang yang tidak punya “hati nurani yang murni” terhadap orang tua, pasangan hidup, teman atau sesama lainnya. Siapa yang mau bergaul dengan orang seperti itu? Jadi, berdoalah secara teratur: “Ya,Allahku, Engkau telah memberikan begitu banyak kepadaku, saya beranikan diri minta satu hal lagi, yaitu hati yang penuh rasa terima kasih.
Doa bukan sekedar tentang permintaan, tetapi persekutuan dengan Allah. Bergaul banyak dengan Tuhan, Anda tidak hanya merasa baru, Anda akan menjadi ‘ciptaan baru’ (lihat: 2 Korintus 5;17). Memasuki Tahun Baru 2017, marilah kita lebih banyak bersekutu dengan Allah dalam Yesus Kristus melalui doa pribadi dan doa kelompok di gereja Anda masing-masing. Happy Blessed New Year! [John R. Tan, GBI Los Angeles.]
Write a comment: