Menjelang Hari Valentine, Joko mengirim kartu special kepada Dewi, kekasihnya yang sudah dipacarinya sejak tahun lalu. Dengan tulisan berwarna emas di atas kertas berwarna merah muda dia menuliskan:

“Dewi Valentineku, Cintaku, Sayangku, betapa bahagianya aku bisa mendapatkanmu. Cintaku kepadamu takkan pernah luntur dan layu. Justru semakin mekar dan membara. Kaulah satu-satunya pujaan hatiku dan gairah hidupku. Kata-kata tak dapat melukiskan betapa hebatnya cintaku padamu. Betapa dalam, luas, tinggi, lebar, dan tak terbatas! Walaupun aku harus mendaki gunung yang tinggi, mengarungi lautan yang luas, atau melewati padang gurun panas terik, aku tidak takut dan akan berjuang demi cintaku padamu. Aku sungguh rindu bertemu denganmu sayangku, cintaku, valentineku! Kaulah satu-satunya jantung hatiku. Selamat Hari Valentine! Aku cinta padamu!”
Peluk dan Cium Sayang,
Joko.
NB: Aku akan menjemputmu malam minggu, jika tidak ada kerjaan di kantor!

Kita tertawa membaca surat dari Joko, karena isi suratnya bertolak belakang dengan ‘nota-bene’ (catatan tambahan)-nya. Kata “jika …” menjadi syarat yang menghalangi Joko untuk berani “mendaki gunung” atau “menyebrang lautan” atau melewati gurun” – dalam hal ini mengambil cuti kerja demi cintanya kepada Dewi. Kasihan si Dewi! Ternyata pekerjaan Joko telah menyita waktu kencannya dengan si Dewi. Mungkin sekali pertama kali berkencan, Joko berani membela cintanya tanpa membiarkan situasi, kondisi, dan syarat apa pun menghalanginya. Tetapi setelah berlalunya waktu ternyata cintanya yang tadinya “walaupun …” kini menjadi “jikalau ….”. Itulah cinta yang bersifat duniawi: egoistis, materialistis, nafsuistis, dan bersyarat.

Kitab suci mengajarkan kita tentang cinta sejati, yaitu cinta yang tidak bersyarat apa pun, cinta yang bersifat ilahi, sama seperti cinta kasih Kristus kepada umat manusia. Perhatikan tulisan rasul Yohanes, “Marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” (I Yohanes 3:18).

Cinta kasih yang sedemikian adalah cinta kasih yang lahir dari Allah Bapa melalui wujud pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib (bacalah: I Yohanes 4:7-9). Cinta kasih seperti ini didasarkan pada pilihan untuk mengasihi tanpa mengajukan syarat; bukan cinta yang berdasarkan emosi atau perasaan yang dapat berubah-ubah, atau yang tergantung situasi dan kondisi.
Pilihan yang sedemikian diambil berdasarkan pikiran sehat dan kehendak bebas yang dipertimbangkan dengan matang. Maka, berapa besar pun harga yang harus dibayar, seseorang rela melakukannya tanpa mempertimbangkan untung rugi, tanpa keterpaksaan, tanpa sungut-sungut, dan tanpa penyesalan sedikit pun. Tetapi, pengorbanan dan harga mahal yang diberikannya justru menjadi alat dan cara untuk membangun cinta kasihnya secara progresif dan kreatif, juga mendatangkan sukacita, damai sejahtera, dan kebahagiaan yang murni.

Bagi Anda yang sudah mulai membangun atau sedang membangun cinta, mungkin sudah saatnya bertanya diri: “Apakah selama ini cinta kasihku penuh dengan syarat?” “Hal-hal apa yang menghalangiku mencintai dengan tanpa syarat?” Belajarlah memupuk dan membangun cinta yang sejati, cinta yang tak bersyarat, yang murni.
Bagi Anda yang baru akan memulai menjajagi untuk membangun cinta, cobalah bertanya diri: “Relakah saya belajar secara konsisten untuk mencintai seseorang tanpa mengajukan syarat? tanpa mempertimbangkan untung rugi demi diri sendiri? Tanpa ketakutan untuk membayar harga pengorbanan yang mahal demi membangun cinta yang sejati?”

Anda berkata, “Wahhh, cinta sejati itu mustahil di masa sekarang ini. Mana mungkin ada? Mana mungkin bisa?” Jawabannya: tidak mustahil, memang sulit, tetapi tidak mustahil ada dan bisa! Kenapa? Sebab Kristus sudah menunjukkan teladanNya bagi kita semua. Dan, Dia berjanji akan memampukan siapa saja yang mau beriman dan belajar dari Dia. Tentunya dibutuhkan kerendahan hati dan kerelaan untuk belajar. Iya, rendah hati dan rela belajar dari Kristus!
[Happy Valentine & Salam Sejahtera: Fong Thiam Hok]

Write a comment:

*

Your email address will not be published.