Pengaruh teknologi ‘super highway’ yang serba cepat dan ‘wireless’ di abad 21 ini memang amat luar biasa. Teknologi telah merasuk ke dalam semua sendi-sendi kehidupan: komunikasi, bisnis, politik, militer, hukum, keamanan, karier, sekolah, keluarga, pergaulan, dan lain, lain, termasuk pacaran di kalangan anak-anak muda. Semuanya serba jejaring ‘internet’. 

Di bawah ini adalah sebuah contoh hubungan cinta lewat teknologi yang super canggih itu. Seorang gadis menulis email kepada ayahnya demikian, “Papa, saya jatuh cinta dengan seorang pria yang tinggalnya jauh dari saya. Saya  tinggal di Indonesia dan dia tinggal di Inggris. Kami bertemu di sebuah web-site perjodohan, dan kemudian menjadi teman lewat Facebook. Saya suka dengan dia. Setiap hari kami berbicara dan bercanda lewat Whatsapp. Minggu lalu dia melamar saya lewat Skype, dan sudah dua bulan ini hubungan kami semakin mendalam lewat Viber. Dia serius dengan pacaran ini dan mau menikah dengan saya. Papa, saya membutuhkan doa restu dan nasihat dari Papa. Shalom: Putrimu yang tersayang: Nonik.”

Membaca email sang putri yang mengagetkan ini, si ayah membalas dengan email yang bersifat humoris, “Wow… benar begitu anakku, Nonik? Kalau kau sudah suka, menikah saja dengan pacarmu itu lewat Twitter, lalu kalian bisa hidup bersenang-senang lewat Tango. Kalau ingin punya anak, beli saja di Amazon dan kirimkan lewat Paypal. Dan, ini nasihat Papa, bila kau sudah muak atau bosan dengan suamimu itu, jual saja dia lewat Ebay.

 

Saudara, ilustrasi humor ini mengingatkan kita bahwa banyak manusia di abad 21 ini telah diperbudak oleh teknologi super highway dalam semua sendi-sendi kehidupan. Tidak heran banyak manusia yang hidup seperti ‘robot’ yang tidak mengenal nilai cinta kasih, kebenaran, ketulusan, sukacita, damai sejahtera, dan kebahagiaan yang sejati. 

Teknologi seharusnya menjadi “hamba” yang dapat kita gunakan untuk menolong kita semakin bertumbuh dalam hubungan manusia yang sehat, normal, dan membahagiakan. Alkitab mengingatkan kita agar tidak menyerupai ‘dunia’ ini, tetapi senantiasa berjalan di dalam kehendak Allah yang baik dan berkenan kepadaNya (Roma 12:2). Untuk itu dibutuhkan hikmat dari Tuhan agar bisa membedakan antara yang baik dan buruk, yang benar dan salah, yang berguna dan yang sia-sia. Dengan demikian dalam semua aspek hidup ini, kita bisa menikmatinya dengan hati yang mengucap syukur. Rasul Paulus menuliskan, “Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan dan perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.” (Kolose 3:17). Semoga hidup Saudara selalu menjadi kemuliaan bagi Tuhan.

Write a comment:

*

Your email address will not be published.