Seorang istri suatu kali bertanya kepada suaminya, “Sayang, bila aku meninggal dunia, apakah kau akan menikah lagi?”

Suaminya tersenyum dan menjawab, “Setelah berduka cita untuk satu periode waktu, aku kira aku akan menikah lagi”. Lalu dia menlanjutkan, “Kan kita semua membutuhkan teman hidup”. Dia masih tersenyum,

“Kalau aku meninggal, dan kau menikah lagi, apakah dia akan tinggal di rumah ini?” tanya si istri selanjutnya.

“Kita sudah menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan rumah ini dengan semua yang kita inginkan. Aku tidak akan melepaskan rumah ini begitu saja. Saya kira dia akan tinggal di sini”, jawab si suami.

“Hmmm…..bila aku meninggal, dan kau menikah lagi, dan dia tinggal di rumah ini, apakah dia akan tidur di atas ranjang kita?” tanya istrinya dengan penasaran.

“Sayang, ranjang kita kan masih baru, dan kita beli dengan harga $3000, dan pasti akan tahan lama. Jadi, saya kira dia akan tidur di ranjang kita,” jawab suaminya mantap dan masih tersenyum.

Semakin penasaran lagi, kemudian si istri bertanya lagi, “Bila aku meninggal, dan kau menikah lagi, dan dia tinggal di rumah ini, dan dia tidur di ranjang kita, apakah dia juga akan memakai alat golf milikku?”

“Oh…tidak!” jawab suaminya singkat.

“Kenapa tidak?” tanya istrinya mendesak.

“Sebab dia tangan kidal”, kata suaminya spontan sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Cerita humor dibalik dialog ini menggambarkan bahwa san suami itu tidak setia dengan istrinya. Secara diam-diam, dia memiliki kekasih lain. Alkitab mengingatkan kita bahwa, ”Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya; lebih baik orang miskin dari pada seorang pembohong,” (Amsal 19:22). Tentunya sifat kesetiaan yang dimaksudkan di sini bukan hanya soal hubungan antar suami istri, tetapi juga dalam semua aspek hidup yang lain. Misalnya: dalam pekerjaan, bisnis, sekolah, hubungan antar orang tua dan anak, antar saudara, antar persahabatan, dalam iman dan tingkah laku sehari-hari.

Dalam dunia yang penuh dengan tantangan, tipuan, godaan dan daya tarik materialistic, memang amat sulit mempertahankan sebuah karakter kesetiaan. Tetapi bersandar kepada Tuhan Yesus dan FirmanNya,, kita akan dimampukan untuk berlaku jujur dan setia. Permisi tanya, bila hari ini saudara harus meninggal dan berdiri di hadapan Tuhan, apakah saudara akan didapati sebagai seorang yang jujur dan setia? Semoga!

 

 

Write a comment:

*

Your email address will not be published.