Boby memiliki seekor kura-kura, binatang peliharaan kesayangannya. Suatu hari, dia mendatangi ibunya sambil menangis sedih.

“Ada apa sayang?” tanya ibunya dengan nada lembut.

“Kura-kuraku sudah mati”, jawab Boby sambil memeluk kura-kuranya yang tampak kaku tak bergerak.

Segera sang ibu memeluk Boby dan mencium keningnya. Lalu berkata dengan suara mengibur, “Sudahlah Boby. Jangan menangis. Nanti ibu akan bungkus kura-kuramu dengan sapu tangan, lalu kita masukan dia ke dalam sebuah kotak. Kemundian kita minta ayahmu mengadalam upacar penguburan di halaman belakang. Setelah itu, kita pergi berjalan-jalan ke pantai, dan makan es krim. Lalu, kita pergi ke toko membeli mainan baru untukmu. Setuju? Ibu tidak ingin melihatmu bersedih hati.”

Boby sangat senang mendengar tawaran dari ibunya. Ketika ayahnya akan menguburkan sang kura-kura, tiba-tiba kotak kecil itu bergerak. Lalu sang ayah berkata, “Boby! Kura-kuramu masih hidup, dia belum mati sayaaaang!” suara sang ayah melengking sukacita.

“Oh….kenapa dia tidak mati…?” keluh Boby dengan nada kecewa. Boby yang sangat menharapkan jalan-jalan ke pantai, makan es krim, dan mendapatkan mainan baru, dengan spontan berteriak, “Ayah, bunuh saja kura-kura itu, dan kita kuburkan dia sekarang juga!”

Pelajaran apa yang bisa kita petik dari humor ini? Boby yang mengharapkan kesenangan dan mainan baru, rela membunuh kura-kura kesayangannya. Bagi dia tidak ada masalah moral membunuh sang kura-kura, asalkan tujuannya tercapai, yaitu jalan-jalan, makan es krim dan beli mainan baru. Inilah yang disebut dengan ‘tujuan menghalalkan cara’. Konsep ini bukan etika Kristen. Alkitab mengajarkan kita bahwa memang di dalam Kristus kita telah diampuni, bebas dari budak dosa dan dari hukuman kekal. Tetapi anugrah Kristus yang besar ini tidak membuat kita boleh hidup seenaknya dan bebas melakukan perbuatan dosa. Rasul Paulus menuliskan Firman Tuhan, “ Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.” (Galatia 5:13).

Sebab itu, motif perbuatan kita haruslah dengan kasih Kristus, tujuannya haruslah memuliakan Allah, dan caranya haruslah sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Dengan demikian hidup kita barulah berkenan kepada Allah, dan menjadi berkat bagi sesame. Kasih karunia dan keadilan Allah seharusnya membuat kita hidup lebih benar dan bertanggung jawab.

 

Write a comment:

*

Your email address will not be published.