Seorang teman mengirimkan saya tulisan ini. Katanya, suatu kali ada seorang wartawan yang tertarik untuk mewawancarai seorang yang terkaya di negerinya. Setelah membuat perjanjian untuk bertemu, si orang kaya itu memberikan alamat tempat tinggalnya.

Ketika sang wartawan tiba di rumah si orang kaya itu, dia kaget sekali. Ternyata rumahnya tidak megah dan tidak besar layaknya seorang yang kaya raya. Wartawan itu disambut dengan ramah dan dipersilahkan masuk oleh si orang kaya itu. Kini, si wartawan lebih kaget lagi. Kenapa? Sebab di dalam rumah itu perabotnya sederhana sekali. Ruang tamu dengan tempat duduk biasa. Tidak ada lampu kristal yang berkilau, tidak ada perabot mewah bertatahkan emas atau perak, tidak ada TV 70 inchi, tidak ada lukisan tersohor, photo dengan orang terhormat, atau piagam penghargaan yang dipanjang di dinding. Sederhana dan bersahaja. Tidak ada hal istimewa yang membuat orang berkata, “Wouww, hebaaat!”

Dengan penasaran, sang wartawan bertanya, “Pak, di manakah bapak menyimpan harta bapak? Kok saya tidak melihat apa-apa?”

“Kalau Anda sendiri, di manakah Anda menyimpan harta Anda?” tanya si orang kaya itu tenang dan tersenyum ramah.

“Loh, saya kan cuma tamu. Masakan saya membawa harta saya ke sini?” jawab si wartawan sengit karena masih penasaran dan keheranan.

“Nah, demikian juga saya. Saya cuma tamu di dunia ini. Semua harta saya kan hanya titipan Allah Bapa di sorga. Saya tidak punya hak untuk menyimpannya di dunia ini atau membanggakannya. Karena akan tiba waktunya, saya akan pulang ke rumah saya yang sesungguhnya, yaitu sorga yang mulia”, kata si orang kaya itu menjelaskan dengan serius.

Wouww, betul sekali jawaban itu! Permisi tanya, di mana Saudara menyimpan hartamu? Tuhan Yesus mengingatkan kita, “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi, … Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.” (Matius 6:19-20). Cerita di atas mengajarkan kita agar tidak menyombongkan diri dengan harta benda di dunia ini. Semuanya itu adalah titipan dari Tuhan. Hendaklah kita dengan rendah hati dan murah hati menggunakannya untuk Kerajaan Allah Bapa, Sang Pemilik harta kita. Tujuannya agar banyak orang yang mengenal dan menerima kasih Allah melalui Pribadi dan Karya Yesus Kristus. Itulah harta yang bernilai kekal di sorga. Sudahkah Saudara memakai harta titipan Tuhan yang ada padamu untuk mengabarkan kasih Kristus, dan melayani sesama agar mereka pun diselamatkan oleh Kristus? Semoga!

Write a comment:

*

Your email address will not be published.