Pak Dakir adalah orang yang kaya raya di kotanya. Tetapi, juga dikenal sebagai orang yang amat kikir. Walaupun hidupnya sudah berlimpah, dia masih berusaha meraup milik orang lain. Boro-boro memikirkan untuk membantu orang lain; untuk keperluan rumah tangganya saja, uang sangat sulit keluar dari kantongnya.
Suatu hari, dia berkata kepada pembantunya, ”Ujang, coba kau ke pasar dan belikan saya sebotol anggur!” Dia menyerahkan sebuah botol kosong kepada pembantunya tanpa memberikan uang sepeser pun.
”Tuan, bagaimana saya dapat membeli minuman anggur tanpa uang?” tanya Ujang sambil mengangkat bahunya.
”Hei Ujang, dengar baik-baik ya? Hanya orang-orang bodoh yang membeli anggur dengan uang. Tetapi, orang yang bijaksana harus bisa membeli anggur tanpa membayar dengan uang”, jawab pak Dakir yang kikir itu dengan tersenyum sambil menepuk dada dengan sombongnya.
Ujang yang tak berdaya segera pergi dengan membawa botol yang kosong. Tidak lama kemudian dia kembali dengan membawa sebotol anggur, lalu menyerahkannya kepada tuannya yang sombong dan kikir itu.
Pak Dakir marah besar dan membentak, ”Hei Ujang, kau betul-betul keterlaluan! Botol anggur ini kosong. Bagaimana saya meminumnya?”
Ujang tersenyum sinis dan menjawab dengan mantap, ”Tuanku, hanya orang bodohlah yang minum anggur dengan botol yang terisi. Tetapi orang yang bijaksana harus bisa minum anggur dengan botol yang kosong!”
”Kurang ajar! Awas kau! Saya gebuk baru tahu rasa!” bentak pak Dakir sambil mengancam dengan botol kosong di tangannya.
”Gila! Dakir, Dasar kikiiiirrr!” teriak Ujang sambil melarikan diri.
Saudara, sifat yang kikir dan bijaksana jelas tidak bisa disatukan. Orang yang kikir bukanlah orang yang bijaksana, tetapi orang yang angkuh, licik dan pecundang. Sebaliknya, orang yang bijaksana pastilah tidak kikir. Sebab orang yang bijaksana mengenal jelas siapa dirinya, yaitu manusia lemah yang terbatas. Dia juga tahu jelas bahwa hidupnya dan segala miliknya adalah pemberian Tuhan yang harus dikelola dengan baik dan benar. Sebab suatu hari kelak, semua manusia harus mempertanggung jawabkan hidupnya di hadapan Tuhan. Rasul Paulus menegur keras orang yang kikir sebagai orang yang tidak mengenal anugrah Tuhan. Mereka tidak tahu berterima kasih karena hidupnya tidak adil dan tidak benar. Dia menuliskan Firman Tuhan demikian, ”… orang kikir tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” (I Korintus 6:10). Sebab itu, buanglah sifat kikir, dan hiduplah bermurah hati, sebagai buah nyata keselamatan dalam Kristus.

Write a comment:

*

Your email address will not be published.