Pak Orja dan istrinya, bu Weleh, suka bertengkar dan beberapa tahun terakhir ini hubungan mereka semakin tidak harmonis. Pada hari Cinta Kasih (Valentine), pak Orja memberikan sebuah amplop khusus kepada istrinya sambil berkata dengan tersenyum, ”Nih, saya belikan kau sebuah hadiah istimewa. Hadiah Valentine!”
Bu Weleh membukanya. Ternyata isinya adalah sertifikat tanah kuburan atas nama dirinya. Dia terkejut dan kecewa. Lalu berkata dengan nada marah, ”Kenapa hadiahnya tanah kuburan? Keterlaluan!”

”Iyaaa, itu kan untuk persiapan masa depanmu”, jawab pak Orja dengan senyum kecut, dan segera meninggalkan istrinya.
Tahun depannya, ketika tiba hari Valentine, pak Orja tidak membelikan apa-apa kepada istrinya. Bu Weleh kecewa dan bertanya kepada suaminya, ”Kenapa kau tidak membelikan aku hadiah Valentine? Lupa ya?”

Pak Orja menjawab dengan nada kalem, ”Habis, hadiah tahun lalu yang saya belikan belum kau pakai?!”
Saudara, ini hanyalah cerita humor. Tetapi adalah kenyataan hidup bahwa di dunia ini ada banyak pasangan suami istri yang tidak harmonis, bahkan akhirnya berakhir dengan perceraian. Di Amerika, hampir 50% pernikahan di tahun pertama berakhir dengan perceraian. Cinta kasih antara suami istri amat rapuh, karena dibangun di atas dasar yang salah. Misalnya: harta kekayaan, kecantikan phisikal, emosi yang labil, kepentingan diri, dan berbagai motif dan tujuan yang bersifat egoistik.
Alkitab mengajarkan bahwa kasih yang sejati adalah kasih yang kita sudah terima dari Kristus. Kasih ilahi yang rela berkorban, yang aktif, dinamis, kreatif, yang tak bersyarat, yang berbuat kebaikan nyata, yang memaafkan, menguatkan, memulihkan, dan bersifat altruistik – demi kepentingan orang lain, bukan egoistik – demi kepentingan diri sendiri. Coba perhatikan definisi cinta kasih yang dituliskan rasul Paulus, ”Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi [melindungi] segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.” (1 Korintus 13:4-8a).
Sudahkah Saudara memiliki kasih dari Tuhan Yesus Kristus? Bila belum, mintalah Dia mencurahkan kasihNya kepadamu. Bila sudah, kasihilah keluarga dan orang lain dengan kasih Kristus yang sudah Saudara terima.

Write a comment:

*

Your email address will not be published.