Farzana Iqbal, seorang wanita muda warga Pakistan yang sedang hamil 3 bulan, dirajam batu di depan pengadilan tinggi di Lahore pada 27 Mei 2014. Ada 30 orang yang melakukan eksekusi itu, termasuk saudara laki-lakinya, ayahnya, dan calon suami yang ditolaknya. Polisi hanya berdiri dan menyaksikan kejadian yang sangat kejam dan mengenaskan itu.

Suami Farzana yang bernama Muhammad Iqbal, sebelum itu terus berusaha dan memohon-mohon dengan berbagai cara agar istrinya yang sedang mengandung anaknya, bisa diselamatkan. Tetapi permohonannya tidah dihiraukan, dan dia gagal untuk melidungi istrinya sendiri dari kematian yang mengerikan itu. Kenapa Farzana harus dirajam batu hingga mati? Dia dikenakan hukuman yang disebut dengan “Karo-Kari”, artinya: “pembunuhan terhormat”. Ini adalah salah satu “hukum” di Pakistan, bahwa bila ada seorang wanita yang jatuh cinta dan mau menikah dengan pria pilihannya, tetapi tidak disetujui oleh pihak keluarganya, maka dia dianggap mencemarkan nama keluarganya. Untuk memulihkan kehormatan nama keluarga si wanita harus dihukum mati dirajam dengan batu. Tahun lalu, di Pakistan tercatat ada 869 orang wanita yang menjadi korban.

Pertanyaan kita, benarkah “pembunuhan terhormat” itu sungguh memulihkan nama baik keluarganya? Atau justru membuka aib, kenajisan, dan kekejaman keluarga yang tidak berprikemanusiaan? Hukuman atas Farzana yang sedang hamil itu mendapat reaksi negatif dan kecaman dari seluruh pelosok dunia. Kenapa di abad 21 yang super modern ini , masih ada tradisi hukum yang sangat sadis? Anehnya, walaupun setiap tahun ada ratusan kasus “pembunuhan terhormat”, ternyata tidak menjadi ancaman yang menakutkan para wanita Pakistan untuk jatuh cinta dengan kekasih pilihannya. Mereka siap berkorban demi cinta sejati yang tidak bisa dipaksakan. Memang cinta sejati itu harus berkorban. Tapi sayang, korban yang demikian sebenarnya tidak harus terjadi, bukan?

Apa yang dilakukan Allah bagi kita, manusia yang berdosa, jauh melampaui cinta di antara manusia. Rasul Paulus menuliskan Firman Tuhan, ”Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:8). Pengorbanan Kristys di atas kayu salib adalah untuk menyelamatkan kita dari hukuman kematian yang kekal. Permisi tanya , apakah saudara sudah menerima kasih Kristus yang rela berkorban bagimu? Bila belum, terimalah kasihNya hari ini juga! Bila sudah, apakah saudara juga mengasihi Kristus? Bila ya. Pengorbanan apa yang sudah saudara berikan sebagai ucapan syukur atas cinta kasihNya kepadamu? Cinta sejati harus rela berkorban!

Write a comment:

*

Your email address will not be published.