Tino yang berusia 7 tahun datang ke toko untuk membeli permen satu ons. Pelayan toko mengambil tangga di belakang toko, naik ke rak paling atas, menurunkan stoples, menimbang permen satu ons, lalu kembali naik tangga, mengembalikan stoples, turun dari tangga, dan mengembalikan tangga ke belakang toko.

Lima menit kemudian, Tono yang berusia 8 tahun datang ke toko itu, juga ingin membeli permen satu ons. Pelayan toko tadi mengambil tangga di belakang toko, naik ke rak paling atas, menurunkan stoples, menimbang permen satu ons, lalu kembali naik tangga, mengembalikan stoples, turun dari tangga, dan mengembalikan tangga itu ke belakang toko.

Lima menit kemudian, datang lagi Toni yang berusia 9 tahun ke toko itu, juga ingin membeli permen satu ons. Pelayan toko tadi melakukan hal yang sama. Dan, selesai mengembalikan tangga ke belakang toko, datang pula Tini yang berusia 10 tahun. Dia juga ingin membeli permen satu ons.
Kini pelayan toko itu sudah kehabisan tenaga, tetapi masih melayani Tini dengan sabar. Ketika masih berada di atas tangga untuk mengembalikan stoples, datanglah Niti yang berusia 6 tahun ke toko itu.

“Kau juga mau membeli permen satu ons?” tanya pelayan toko itu dengan stoples masih di tangannya.

“Tidak Pak,” jawab Niti dengan senyum di wajahnya.

Pelayan toko itu kemudian menyelipkan stoples itu di rak paling atas, turun dari tangga, dan mengembalikan tangga itu ke belakang toko.

“Nah, sekarang kau mau beli apa, nak?” tanya pelayan toko itu dengan sisa-sisa tenaganya yang melemah dan nafasnya yang ngos-ngosan.

“Saya mau beli permen setengah ons”, jawab Niti dengan tenang.

“Haa?? Perrrmeeeenn?? Huuuh, aahhhhhh!”

Saudara, coba bayangkan bila cerita humor ini sungguh terjadi, dan Saudara adalah si pelayan toko itu. Apa kira-kira reaksi Saudara? Marah? Kesal? Berteriak? Atau . . . ? Dapatkah Saudara tetap menguasai diri, dan tetap melakukan tanggung jawab Saudara dengan baik dan benar?

Hidup di dunia ini penuh dengan tantangan dan pencobaan, yang seringkali menggoda kita untuk tidak mengendalikan diri. Akibatnya bisa saja kita mengeluarkan kata-kata yang kotor, tidak sopan, dan menyakitkan hati. Atau melakukan hal-hal bodoh yang merugikan orang lain, dan menghancurkan martabat diri. Alkitab mengingatkan kita, Orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota. Orang yang tidak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya.” (Amsal 16:32; 25:28). Marilah kita belajar menguasai diri dalam segala hal. 

 

 

Write a comment:

*

Your email address will not be published.