Vinny menuliskan cerita lucu ini. Tidak jelas apakah ini adalah pengalaman yang dialami oleh dirinya yang tinggal bersama mertuanya. Suatu kali, dokter yang menangani pasien senior (lanjut usia) melakukan telepon rutin. Salah satu pasiennya yang mulai pikun bernama Johnson.

“Halo, Pak Johnson, apa kabarnmu hari ini?”, tanya dokter ramah.

“Oh dokter, saya baik-baik saja”, jawab Pak Johnson. “Tetapi dokter, ada satu hal aneh yang mau saya laporkan ke dokter. Setiap tengah malam, ketika saya terbagun untuk pergi buang air kecil, lampu kamar mandinya secara otomatis menyala untuk saya, waktu saya buka pintunya”, kata Pak Johnson selanjutnya dengan nada bersemangat.

Si dokter agak kuatir kalau-kalau pasiennya yang mulai uzur itu benar-benar sudah pikun. Lalu dia menelepon putra dari pak Johnson yang tinggal bersamanya. Yang menerima telepon adalah menantunya.

Si dokter berkata, “Nyonya Johnson, saya agak kuatir dengan ayah mertua Anda. Dia melaporkan bahwa ketika di tengah malam dia terbagun untuk buang air kecil; dan lampu kamar mandi itu otomatis menyala sendiri, ketika pintunya dibuka. Apakah memang Anda memasang lampu otomatis di kamar mandi?” tanya dokter dengan nada penasaran.

Menantu pak Johnson yang menerima laporan itu tidak menjawab. Suasana hening sejenak. Tiba-tiba terdengar teriakan keras, “Steeeveeeen, bapakmu kencing di kulkas lagi! Huuuueeekhh, keterlaluan!”

Permisi tanya, apa reaksi Saudara bila Pak Johnson itu adalah mertua Saudara? Tidak mudah, bukan? Bila harus menghadapi orang-orang yang kita kasihi, tetapi ternyata menjengkelkan, mengecewakan, bahkan menyakiti hati kita? Reaksi yang normal adalah marah, kesal, benci, atau ingin membalas dengan hal yang sama. Tetapi Alkitab mengajarkan kita agar belajar bersabar ketika berhadapan dengan hal-hal yang tidak kita senangi. Roh Kudus yang sudah kita terima akan menolong memproduksi Buah Roh dengan rasa kesabaran, juga rasa kelemah-lembutan. Lemah lembut bukanlah lemah lunglai atau lemah tak berdaya. Tetapi sebuah karakter untuk menahan kemarahan agar tidak mengeluarkan kata-kata yang najis/kotor atau yang menyakiti hati sesama dan mendatangkan dosa di hadapan Tuhan. Dengan kata lain orang yang lemah lembut adalah orang yang tahu marah pada waktunya, pada tempatnya, sesuai pada porsinya dan caranya. Firman Tuhan berkata, “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman. Tetapi perkataan yang pedas membangkitkan amarah” (Amsal 15:1). Sejauh mana kualitas kelemah-lembutan dari Roh Kudus bertumbuh di dalam diri Saudara? Periksalah perkataan Saudara sewaktu jengkel dan marah!

 

Write a comment:

*

Your email address will not be published.