Sepasang suami istri barusan merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang ke-30. Suatu hari, sang suami memandang istrinya cukup lama, dan hanya tersenyum mesem-mesem.

“Ada apa, memandang saya kayak begitu?” tanya si istri penasaran.

“Saya cuma teringat 30 tahun yang lalu, ketika kita barusan menikah”, jawab suaminya dengan tenang.

“Iyaa, emangnya kenapa? Kau yang tergila-gila dengan aku kan?” sahut istrinya juga ikut tersenyum.

“Maksud saya, waktu itu, kita tinggal di apartment murahan, punya mobil tua yang sering mogok, dan tidur di kursi sofa; tetapi setiap malam aku tidur dengan seorang wanita langsing dan sexy yang berusia 28 tahun. Sekarang, kita sudah ada rumah yang bagus, mobil yang mewah, dan ranjang besar yang nyaman; tetapi setiap malam aku tidur dengan seorang wanita gendut yang usianya 58 tahun. Kapan ya, kau bisa langsing dan sexy kayak dulu lagi?” kata suaminya tertawa terbahak-bahak.

Si istri agar tersinggung. Terdiam sejenak. Lalu dia menjawab dengan nada agak tinggi, “Lalu, kenapa kau tidak keluar saja dan mencari wanita langsing dan sexy, yang usianya 28 tahun? Dan kalau kau berani, saya akan pastikan; sekali lagi kau akan tinggal di apartemen murahan, mengendarai mobil tua yang suka mogok, dan tidur di kursi sofa”.

Saudara, ini hanyalah cerita humor, tetapi dalam kenyataannya, ada cukup banyak pasangan suami istri yang tidak puas da tidak setia satu dengan lainnya. Bukan saja setelah 30 tahun menikah, ada yang hanya beberapa tahun, bahkan ada yang kurang dari setahun saja sudah ribut dan bercerai. Angka perceraian di Amerika, bahkan di seluruh dunia semakin meningkat. Raja Salomo menuliskan Firman Tuhan demikian, “Sifat yang diinginkan pada seseorang adalah kesetiaannya; lebih baik seorang yang miskin dari pada seorang pembohong.” (Amsal 19:22). Saya yakin Saudara pasti ingin memiliki seorang istri atau suami yang setia, bukan? Juga sahabat yang setia. Pertanyaannya: Masihkah ada manusia yang setia di dunia yang semakin tidak setia ini? Jawabnya: Masih ada, jika kita mau mulai dari diri sendiri. Apalagi, kita yang sudah menerima kasih setia dari Tuhan Yesus Kristus, hendaklah juga menghasilkan buah kesetiaan melalui Roh Kudus. Bukan saja dalam kehidupan suami-istri, tetapi juga dalam aspek lainnya: relasi orang tua-anak, antar-saudara, persahabatan, pekerjaan/bisnis, iman dalam Kristus, ibadah, dan pelayanan bagi Kerajaan Allah. Ketika Saudara tergoda untuk tidak setia, ingatlah bahwa “kasih setia Tuhan untuk selama-lamanya, dan kesetiaanNya tetap turun temurun.” (Mazmur 100:5). Dan, tetaplah setia!

 

Write a comment:

*

Your email address will not be published.