Tini baru berusia 5 tahun, tetapi dia sangat cerdas. Seringkali dia mengajukan pertanyaan yang cukup dalam secara teologis. Suatu kali sepulang dari gereja, dia berkata kepada ibunya, “Mama, pengkotbah hari ini sungguh membingungkan saya!”

“Oh ya?” sahut mamanya. “Kenapa membingungkan?” tanya sang ibu sambil memandang wajah Tini yang sedikit berkerut.

“Iya, si pendeta bilang bahwa Allah itu lebih besar dari pada kita. Benarkah demikian?” tanya si Tini.

“Iya, itu benar!” sahut mamanya dengan singkat.

“Lalu, si pendeta juga bilang bahwa Allah itu tinggal di dalam kita. Apakah hal itu juga benar?” tanya Tini sambil membelalakkan matanya.

 “Iya, itu memang benar!” sekali lagi mamanya menjawabnya  dengan suara yang tegas dan mantap.

“Nah, kalau memang benar Allah itu lebih besar dari kita, dan Dia tinggal di dalam kita, bukankah Dia akan terlihat menembus ke luar dari tubuh kita?” sahut Tini bersemangat sambil menggaruk-garuk kepalanya tanda kebingungan.

Mamanya ikut menggaruk-garuk kepala tampak kebingungan juga.

 

Saudara, ilustrasi ini mengajarkan kita bahwa Allah yang Maha Besar itu sebenarnya merupakan ‘misteri’ yang ajaib, bukan? Bayangkan, Yesus Kristus sebagai Pencipta yang Maha Kuasa dan Maha Besar, namun rela turun ke dunia menjadi manusia untuk menggantikan hukuman dosa kita. Dia juga bangkit dari kematian menjamin hidup yang kekal bagi kita. Juga telah naik ke sorga untuk menyediakan tempat bagi kita. Lalu, Roh Kudus diutus untuk diam di dalam semua orang percaya selama-lamanya (Yohanes 14:16-17). Sungguh ajaib perbuatanNya. Betul-betul melampaui pikiran, perasaan, dan pengetahuan manusia yang terbatas. Rasul Paulus menulis demikian, “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat, dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya!” (Roma 11:33)

Sebab itu, sudah selayaknya kita meresponi ke-Maha Besar-an Allah ini dengan hidup yang lebih beriman kepadaNya, lebih setia beribadah kepadaNya, dan lebih mengucap syukur senantiasa untuk segala kasih dan kebaikanNya. Selain itu juga sudah seharusnya kita terus belajar mengasihi Tuhan Allah dengan mengasihi sesama manusia, khususnya menjadi saksi yang menceritakan kasih Kristus bagi mereka yang belum percaya kepadaNya. Lihat: Matius 22:37-39; Kisah 1:8; I Yohanes 4:19-21.

Write a comment:

*

Your email address will not be published.