Sukurman sudah beberapa bulan menganggur karena dirumahkan oleh bossnya. Suatu pagi dia berjalan kaki menuju pasar pagi.Tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Dia berhenti dan membungkuk melihat di kakinya. “Uh, ternyata hanya sebuah uang logam yang sudah penyok!” gumamnya.

Tiba di pasar dia membawanya ke penjual barang kuno, dan uang logam penyok itu dinilai seharga 200 ribu rupiah. “Wah, sungguh sebuah rezeki nomplok!” bisiknya dalam hati.

Ketika melewati penjual durian dilihatkan sekeranjang durian yang diobral seharga 200 ribu rupiah. Dia ingat kesukaan istrinya, lalu dibelinya durian itu. Namun, ketika dia melewati toko perabot, si pemilik menawar durian itu untuk ditukar dengan sebuah lemari pakaian yang harganya 500 ribu rupiah. “Wah, ini dia lemari yang diidam-idamkan istri saya”, kata Sukurman menyetujui tawaran itu.

Dengan meminjam kereta dorong, dia membawa lemari pakaian itu. Ketika melewati perumahan baru, seorang ibu yang baru pindahan melihat lemari itu bertanya apakah mau dijual seharga 700 ribu rupiah? Karena tampak Sukurman agak ragu-ragu, si ibu itu bilang, “Begini aja deh bang, terus terang saya butuh itu lemari. Bagaimana kalau saya bayar satu juta rupiah?” tanya si ibu dengan sangat berharap.

Sukurman senang sekali, dan segera bergegas menuju ke rumahnya. Sebelum masuk ke pekarangan rumahnya, dia menghitung uangnya ingin memastikan jumlahnya. Tiba-tiba seorang penjahat menodongkan belati di perutnya, dan merampas semua uangnya. Istrinya yang melihat kejadian itu segera menghambur keluar rumah. Sukurman masih terpaku ditinggalkan sang perampok yang sudah kabur. “Bang, ada apa bang? Abang baik-baik kan? Apa yang diambil oleh perampok itu?” tanya sang istri tegang.

“Syukurlah, enggak apa-apa. Hanya sebuah uang logam penyok yang kutemukan tadi di jalanan!” jawab Sukurman tenang dan tersenyum sambil memeluk istrinya dengan mesra. 

 

Saudara, bila kita sadar bahwa sejak lahir dari kandungan ibu, kita telanjang, maka kita takkan tenggelam dalam kesedihan karena kehilangan harta benda yang fana. Dan, bila kita sadar bahwa hidup yang dianugrahkan Tuhan jauh lebih berharga daripada apa pun, maka kita bisa bersyukur di dalam segala situasi. Alkitab mengingatkan kita, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (I Tesalonika 5:18). Caranya? Jangan bersyukur hanya karena harta benda, manusia, atau keadaan, tetapi karena pribadi Kristus yang berjanji akan setia menyertai dan menguatkanmu di dalam segala hal.

 

Write a comment:

*

Your email address will not be published.